Introduksi
Perkembangan dunia telekomunikasi memang seolah tidak berhenti bahkan semakin cepat dan cepat lagi. Kalau sebelum satu setengah dekade yang lalu pertumbuhan jumlah pelanggan telepon sangat lambat, karena masih didominasi telepon tetap, maka setelah tahun tersebut adalah sebaliknya karena kehadiran teknologi GSM sebagai telepon seluler. Hal itu dipercepat lagi dengan hadirnya teknologi CDMA, yang juga, sebagai pelengkap telepon seluler. Sepertinya di negara kita telepon seluler bukan barang mewah lagi, karena barang tersebut mudah dijumpai dimanapun bahkan kalangan bawah.
Menurut data yang saya kumpulkan, hingga triwulan ketiga tahun 2009, jumlah pelanggan seluler di Indonesia secara total telah mencapai sekitar 180 juta. Jumlah pelanggan yang besar, jumlah penyedia jaringan yang banyak, tarif yang murah dan handset yang murah adalah faktor-faktor yang mendorong terjadinya overload kapasitas jaringan seluler yang disediakan operator. Maka jangan heran kalau pada tahun-tahun sebelumnya anda begitu mudah melakukan call di suatu lokasi outdoor, suatu saat nanti akan anda dapati sulitnya membuat call, terlebih lagi di dalam ruangan.
Dari berbagai data keluhan yang diterima customer care operator penyedia jaringan, lebih dari 60% adalah mereka kesulitan melakukan call di dalam ruangan. Ini sungguh mudah dimaklumi karena umumnya mereka lebih nyaman membuat atau menerima call di dalam ruangan dibanding di luar ruangan, karena lebih privacy, lebih tidak berisik, atau tidak sedang menyetir dan lain sebagainya. Hal ini juga yang mendorong penggunaan telepon tetap di meja menjadi menurun karena pemanggil lebih menyukai langsung ke nomor yang dipanggil, yaitu nomor telepon seluler.
Deman Internet
Demam layanan aplikasi Internet seperti jejaring sosial Facebook, akses video di Youtube, micro bloging twitter, chatting ebuddy, friendster dan lain sebagainya telah melanda banyak kalangan. Tidak saja menjangkiti para technocrat, tetapi juga kalangan di rumah tangga, anak-anak bahkan kalangan yang sebelumnya jauh dari hingar bingar Internet. Hal ini memicu kebutuhan untuk “always connected” akses data baik di luar ruangan maupun di luar ruangan. Sayangnya sinyal terima dari BTS, di dalam ruangan jauh lebih kecil dibandingkan di luar ruangan, yang akibatnya panggilan data dari dalam ruangan sangat payah.
Berbeda dengan koneksi panggilan suara, untuk koneksi panggilan data dibutuhkan bit error yang lebih kecil, atau sederhananya dibutuhkan level daya terima dari pemancar jaringan operator (BTS) yang lebih besar agar layanan akses data di dalam ruangan dapat berlangsung dengan baik. Kalau yang sering terjadi sekarang ini akses data dari jaringan seluler di dalam ruangan ibaratnya nge-klik address website kemudian sambil masak mie instant, hingga mie-nya matang, tapi alamat tadi belum kebuka juga. Masalahnya ya itu tadi level sinyal HSDPA atau EV DO yang ditawarkan operator masih buruk di dalam ruangan.
Perbaikan Cakupan dan Kapasitas
Untuk memperbaiki cakupan jaringan di dalam ruangan sekaligus meningkatkan kapasitas pengguna, memasang pemancar meskipun kecil di dalam ruangan pelanggan adalah solusinya. Namun jenis pemancar yang seperti apakah yang sesuai? Kalau pemancar (BTS), even micro, akan sangat sulit dilaksanakan, mengingat dibutuhkan konfigurasi, butuh catuan daya yang besar, butuh space yang cukup besar dan level daya yang besar akan mengganggu pengguna di dalam ruangan.
Femtocell
Femtocell adalah teknologi micro BTS yang menggunakan level daya rendah, menggunakan frekuensi resmi seperti yang digunakan jaringan seluler, dikoneksikan dengan backhaul jaringan Internet, digunakan untuk memperluas cakupan dan meningkatkan kapasitas, dan pemasangannya secara auto configuration.
Mengapa auto configuration dibutuhkan? Karena operator tidak mungkin memantau, melakukan pemasangan dan memelihata perangkat di lapangan yang jumlahnya akan banyak. Sehingga nantinya perangkat ini seolah-olah menjadi tanggungjawab pelanggan. Harga perangkat ini jauh lebih murah dibandingkan dengan perangkat BTS. Kapasitas pelanggan per femto Access Point (FAP), demikian perangkat femto ini sering disebut, adalah sekitar 4-8 pengguna secara simultan. Perangkat ini dapat dipasang di rumah-rumah dan gedung perkantoran, dimana pelanggan yang dilayani adalah yang sudah terdaftar dalam perangkat FAP tadi.
Berbeda dengan perangkat BTS atau repeater yang dihubungkan langsung ke perangkat BSC atau RNC, perangkat FAP dihubungkan ke jaringan Internet menggunakan link jaringan akses data pelanggan misalnya xDSL. Tentu saja di sisi core network, penyedia jaringan seluler terdapat perangkat server manajemen FAP yang akan menangani segala keperluan perangkat ini.
Layanan Femtocell
Layanan yang dapat diberikan perangkat FAP pada dasarnya adalah layanan data paket karena itu koneksi jaringan ini langsung ke cloud Internet. Meskipun demikian layanan suara tetap juga dapat dinikmati yaitu melalui voice over packet. Aplikasi-aplikasi seperti security, instant messaging, virtual fridge note melalui Facebook, monitoring dan lain-lain dapat dikembangkan dan diintegrasikan dengan FAP.
Benchmark
Sampai saat ini operator yang sudah melakukan trial dan implementasi di lapangan diantaranya adalah Softbank dari Jepang. Di Indonesia sendiri pemerintah baru akan meregulasi aturan maen perangkat ini pada tahun 2012. (Lama amaaat ya…). Telkom saat ini bergabung dengan berbagai institusi di Eropa seperti universitas, lembaga penelitian, vendor dan operator telekomunikasi sedang menyusun requirement perangkat femtocell yang dibiayai Komisi Eropa. Kerjasama ini dimulai tahun 2010 dan berakhir tahun 2012 dengan target akhir adalah prototipe yang akan diuji coba di Lab Wireless Network, Telkom RDC. Bagi operator ini membuka peluang sekaligus menjadikan ancaman, yaitu terhadap bisnis voice yang sekarang ini masih bisa dinikmati